Kamis, 29 Juli 2010

Imajinasi Kepemimpinan dalam Merancang Masa Depan

Kualitas utama dari seorang pemimpin yang berbakat untuk membesarkan organisasi apa pun yang dipimpinnya adalah kemampuannya untuk melihat sesuatu di masa depan dengan jelas sebelum hal itu menjadi jelas bagi semua orang.

Gambar mental yang jelas mengenai apa yang ingin kita capai di masa depan inilah yang sering kita sebut sebagai visi kepemimpinan kita.

Dan jika kita memimpin setiap jiwa dan setiap pernik pembentuk organisasi kita untuk menghadirkan kualitas masa depan itu sesegera mungkin, maka sebetulnya kita sedang berlaku seperti merancang masa depan.

Siapapun yang bekerja untuk menjadi yang terbaik dalam melakukan yang dilakukannya akan menjadi pribadi masa depan yang hadir hari ini.

Mohon anda perhatikan bahwa mereka yang sangat berkualitas hari ini adalah pribadi dan organisasi yang sudah mencapai suatu keadaan yang masih baru direncanakan oleh orang lain untuk masa depan mereka.

Maka marilah kita memperhatikan dan membudayakan kebiasaan untuk menggunakan kemampuan berimajinasi bagi diri dan setiap anggota organisasi kita-imajinasi mendahului intelektualitas dan pendidikan.

Itu sebabnya Albert Einstein mengatakan bahwa imajinasi adalah sebuah kualitas yang lebih penting daripada pengetahuan. Karena, semua penggunaan bakat, intelek, pendidikan dan pengalaman ditentukan arahnya oleh apa yang kita bayangkan dalam pikiran kita.
Kita tidak mungkin bekerja bertentangan dengan niat-niat pencapaian dari yang sedang terbayangkan di benak kepemimpinan kita.

Jika imajinasi seorang pemimpin menggambarkan sebuah keadaan yang cemerlang di masa depan – yang dicapai dengan cara-cara yang keefektifannya juga dibayangkan hari ini – maka mudah dimengerti jika dia menuntut bawahannya untuk bekerja dengan cara-cara yang kualitas dan keefektifannya merupakan perbaikan dari apa yang sedang mereka kerjakan saat ini.

Puncak dari semua kemungkinan di masa depan bagi sebuah bisnis adalah kemampuan imajinasi para pemimpinannya.
Imajinasi bukanlah sebuah bakat, tetapi sebuah kecenderungan yang menguat dan berperan karena keputusan pribadi kita. Semakin kita bersungguh-sungguh menggunakan imajinasi kita sebagai penuntun bagi keefektifan kerja kita semakin kuat dan akurat imajinasi kita mengenai masa depan.

Pada tingkat pribadi, imajinasi menentukan bagaimana kita menikmati dan mensyukuri sebuah keindahan, atau bagaimana kita memperburuk keadaan dengan membayangkan penderitaan yang lebih besar dari yang mungkin terjadi.

Pada proses kepemimpinan, imajinasi sang pemimpin merupakan pemberi ijin bagi perencanaan yang baik dari investasi pada kualitas proses usaha yang prima. Imajinasi sang pemimpin menjadi mercusuar dan koridor bagi semua proses dalam keseharian kerja organisasinya.

Karenanya, para pemimpin dengan imajinasi yang spektakuler tidak boleh terpisahkan jauh dari mereka yang dipimpinnya. Kehadirannya yang dekat, baik secara fisik, emosional atau secara sistemik, menentukan kepatuhan perilaku organisasinya kepada jalan-jalan pencapaian kualitas masa depan yang ada dalam imajinasinya.

Organisasi yang dipimpin oleh seorang yang tidak memilki imajinasi adalah organisasi yang tidak memiliki masa depan.
Seorang pemimpin adalah seorang visualizer”: ‘dia yang membayangkan’. Dan karena dia juga yang berwenang, maka dia akan membatasi dan menghalangi perilaku organisasi yang tidak dilihatnya mendukung pencapaian imajinasinya.

Tetapi, jika dia tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai apa yang ingin dicapainya di masa depan, dia tidak akan mengijinkan perilaku apapun kecuali perilaku yang telah dikenalnya sebagai cara-cara yang aman.

Itu sebabnya tidak akan ada rencana pengembangan usaha di masa depan yang bisa melambung lebih tinggi daripada imajinasi sang pemimpin. Imajinasi seorang pemimpin adalah batas bagi tingkat dan kualitas perencanaan masa depan sebuah organisasi.
Seorang pemimpin baru adalah seseorang yang diharapkan membebaskan kemungkinan-kemungkinan organisasi yang tersandera oleh sempitnya imajinasi pemimpin yang digantikannya.

Sering terbukti bahwa seorang pemimpin baru, yang kemudian berkiprah cemerlang dengan perubahan-perubahan spektakuler, sebetulnya adala pribadi dengan imajinasi-imajinasi segar, yang membebaskan kekangan-kekangan pada perilaku organisasi yang ditetapkan oleh pendahulunya.

Tetapi, tidak sedikit pemimpin yang datang dengan kekhawatiran-kekhawatiran pribadinya sendiri. Sehingga, meskipun dia sadar dengan tuntutan untuk mendatangkan perubahan-perubahan yang berarti, dia justru menambahkan batasan-batasan baru di atas batasan-batasan lama.

Itu sebabnya pemimpin yang cerdik akan mendahulukan kemampuan imajinasi yang baik pada para pembantunya sebagai syarat utama setelah integritas untuk menentukan kepantasan mereka sebagai pejabat. Lalu, para wakil yang imajinatif itu dituntut untuk memimpin pencapaian hasil melalui proses-proses organisasi yang logis dan cerdas.
Keberanian untuk membayangkan yang tidak terbayangkan adalah esensi dari kepemimpinan masa depan.

Batas-batas dari kemungkinan Anda hanya bisa Anda kenali dengan keberanian untuk melangkah keluar dari wilayah-wilayah yang Anda anggap aman.
Lebih jauh, mohon Anda sadari bahwa wilayah-wilayah yang Anda anggap aman itu sebetulnya hanya dan masih berada dalam imajinasi Anda.

Sehingga, jika Anda ingin mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang bisa Anda capai di atas akan lebih baik dari keadaan yang sekarang sedang Anda pimpin, paksalah diri Anda untuk membayangkan yang selama ini tidak dapat Anda bayangkan.
Dan jika Anda melihat itu sebagai keberanian pribadi Anda, maka sebetulnya tidak ada apa pun yang membatasai Anda dari melakukannya.

Ingatlah, rahasia keberhasilan kepemimpinan di masa depan adalah melihat sesuatu dengan jelas sebelum sesuatu itu menjadi jelas bagi semua orang.
Dan bukan kebetulan mengapa Anda yang dipilih menjadi pemimpin karena Andalah yang akan menghadirkan kualitas masa depan yang cemerlang itu hari ini: itulah tujuan kepemimpinan Anda.

oleh Mario Teguh
Diambil dari The Magazine of Garuda Indonesia Edisi Juli 2010.

Kamis, 22 Juli 2010

KSP goes to JOGLO SEMAR

KopLing JiLid 2 ^_^

Menulis!
 
Bandung Mawardi
 
 
Menulis bukan urusan ingin! Menulis itu menulis. Hukuman berat untuk orang-orang dengan “hantu-hantu ingin” adalah kebingungan, kelinglungan, kesakitan, dan kedukaan. Takdir penulis tidak sekadar merawat ingin dengan nafsu atau lesu. Tuturan tentang orang ingin menulis menjelma benih-benih kematian menjelang kehidupan. Kabar sorga aksara dan neraka aksara mungkin tak melewati jalan mereka. Makna tak mau mampir karena tak ada ruang tamu untuk perjamuan.
Menulis bukan urusan menata kata! Menulis itu kerja. Orang memerlukan untuk menempuhi jalan menulis dengan segala milik diri. Kemanjaan dan minimalitas diri justru membuat petaka. Menulis adalah keterlibatan mencekam dan melegakan dari proses keringat kata, geliat imajinasi, sekarat tubuh, dan lenguh iman. Kerja menulis mirip ibadah dalam keterlenaan ruang dan waktu.
Menulis bukan urusan tampil diri sebagai bacaan! Menulis itu membaca. Modal membaca tak bisa ditangguhkan atau diabaikan sebagai sekadar instrumen. Membaca mesti jadi jelmaan iman karena memberi terang. Urusan membaca adalah urusan melibatkan diri untuk merasai hadir dalam jagat kata dan resah memamah pernik-pernik makna dari segala penjuru. Membaca tidak membuat orang menguburkan diri tapi menyelamatkan jalan pembebasan dari jerat kedunguan dan dosa-dosa picisan.
Menulis bukan urusan menanti! Menulis itu tindakan melawan kutukan malas dan lupa. Intensitas mengurusi kata bakal membukakan lorong-lorong gelap untuk minta terang. Perjalanan tak mesti menggairahkan karena setan-setan menari dengan berahi kesesatan. Menulis menjadi urusan mencari dan menemukan. Menulis tidak mirip penantian kekasih dalam ketelanjangan diri. Menanti bisa menumbuhkan benih-benih kepasrahan dan siksa tanpa pengharapan. Anutan atas pilihan menanti tentu kisah sakit penulis. Rumah sakit susah menyembuhkan dan kuburan lekas membuka diri dalam senandung keputusasaan.
 
Tulisan?
 
Bandung Mawardi
 
 
Tulisan memiliki jalan untuk menghuni lembaran koran, jurnal, buletin, majalah, atau buku. Jalan ini ramai karena orang-orang merasa memiliki hak untuk sampai. Tanda-tanda jalan tak bisa memastikan tulisan tersesat, tabrakan, mati kehausan, atau tertidur di selokan. Jalan besar itu sesak oleh doa, pengharapan, cacian, keluhan, dan protes. Tulisan bisa bergelimang dosa oleh kutukan-kutukan atau pengabaian. Tulisan pun menuai berkah saat pikat merasuki manusia-manusia pilihan dalam memberi putusan dilematis.
Penulis mungkin hidup dengan ambisi menghadirkan tulisan di koran, jurnal, buletin, majalah, atau buku melalui keajaiban. Ambisi ini bakal lengah dalam menolak kabar kematian. Ambisi bisa disemaikan dengan optimisme melalui kepekaan atas nasib tulisan untuk menempuh jalan menyapa pembaca. Kepekaan ada saat intimitas diri dengan tulisan dan media mencapai ruang dialog. Tulisan hadir karena transaksi dari sekian argumentasi internal dan eksternal. Transaksi itu alot. Model ini menjadi sasaran dari curiga dan luberan doa dari penulis.
Menulis dan mekanisme menemukan jalan ke media itu urusan sepele. Klaim sepele ini tidak merendahkan tapi memartabatkan diri penulis dalam gairah dan gerah. Kesepelean justru membuat orang kerap terlena dan mengentengkan ketimbang memikirkan dengan iman. Kesepelean memerlukan iman. Rumus mujarab untuk menulis dan menempuhi jalan media adalah iman. Iman ini mencakup kompleksitas otoritas dan kesadaran pelbagai instrumen dalam optimisme melahirkan tulisan dan merawat sebagai berkah untuk dunia.  

Disampaikan oleh Bandung Mawardi daLam SekoLah PeneLitian ing Hukum (KOPLING HUKUM) JiLid 2 pada tanggal 3 Juni 2010 hari Kamis di Gedung 1 FH UNS. KSP Principium FH UNS.

Jumat, 16 Juli 2010

KSP Principium FH UNS goes to Bandung



@ Tangkuban Perahu ....



@ FH Universitas Padjajaran



@ Konferensi Asia Afrika

Model : mahasiswa FH UNS
Wardrobe  "modal sendiri"
Photography : "camdig orang"